Hujan Daun Daun By Lidya Renny Ch., Tsaki Daruchi, dan Putra Zaman

Blurb __________

Akhir
–akhir ini, tidur Tania nyaris tak pernah nyenyak. Malam-malamnya diisi mimpi
yang sama, tentang gadis kecil berbaju biru, pohon besar yang kokoh, dan
dedaunan yang berguguran. Dan seiring ulang tahunnya yang semakin dekat, mimpi
itu semakin sering mengganggu.

Di
satu sisi, ia bersemangat menyambut ulang tahun yang hanya bisa dirayakan empat
tahun sekali, tepat pada tanggal 29 Februari. Tapi di sisi lain, mimpi itu juga
membuat Tania waswas karena peristiwa besar yang mengejutkan terjadi tiap kali
ulang tahunnya dirayakan.

Jadi,
tahun ini diam-diam ia bersiap. Apalagi ketika satu per satu rahasia masa
lalunya mulai terungkap. Tania harus mencari tahu, apakah mimpi-mimpinya itu
sekedar bunga tidur ataukah ada arti lain di baliknya?

Judul
: Hujan Daun-Daun
Author
: Lidya Renny Ch., Tsaki Daruchi dan Putra Zaman
Penerbit
: Gramedia
Halaman
: 248 hlm
Tahun
: 2014
ISBN
: 978-602-03-0376-5

Review __________

“Aku selalu berjalan di sampingmu. Begitu pula kamu yang selalu berjalan di samping aku.” Hlm. 123 


Novel
yang ditulis oleh tiga penulis ini, bikin aku pensaran untuk membacanya. Aku berharap
tidak ada perbedaan yang menonjol untuk penggunaan bahasanya karena aku percaya
setiap orang punya karakter tulisan yang berbeda. Dan judulnya pun menarik
perhatianku. Ya, aku ini suka banget sama novel yang judulnya ada hujan atau
daun. Karena kehadiran hujan selalu dinantikan saat hati merana. *tsahhh* Serta
daun yang berubah warna selalu mengingatkan tentang hidup bahwa sejatinya
seperti daun yang tadinya berwarna hijau akan berubah hitam kering.

Novel
ini dibuka dengan prolog yang akan membuat pembaca semakin penasaran dengan
isinya.  Di mana Tania sering memimpikan
gadis kecil bergaun biru di bawah pohon besar. Mimpi itu terasa aneh, dan
tiba-tiba foto kedua orang tuanya yang sudah meninggal malah terjatuh. Dan itu
membuat Tania sedih saat mengingat kedua orang tuanya
, karena tidak ada satu
pun kenangan dengan ibu dan ayahnya. Malangnya Tania juga harus merayakan ulang
tahunnya empat tahun sekali karena dia dilahirkan di tahun kabisat.

Di setiap ulang tahunnya selalu saja ada hal yang
terjadi. Dan untuk kali ini sahabatnya, Stella merencanakan kejutan yang
sebenarnya sudah Tania tebak. Apalagi kalau bukan usaha menjodohkannya. Tentu saja
Tania tidak dapat menolaknya walau sudah berusaha. Alhasil kencan buta itu gak
buruk-buruk amat karena lelaki bernama Adrian tersebut juga lahir di tahun kabisat.
Wow.. bener-bener takdir yang jarang terjadi nih.


“Meski daun-daun luruh berguguran dan aku berlalu bagai angin dari sisimu, aku tetap mencintaimu dalam keabadian..” Hlm. 118


Takdir lainnya pun berdatangan saat ada seorang wanita
separuh baya mencari Tania ke kampusnya. Tania merasakan sesuatu yang aneh
karena di Jakarta dia hanya tinggal dengan Nenek dan Kakeknya. Wanita bernama
Meilia tersebut ternyata memegang kunci tentang kehidupan orang tuanya. Sungguh,
Tania sulit mempercayai masa lalu kelam kedua orang tuanya. Juga jawaban
terhadap gadis kecil bergaun biru yang sering dimimpikannya. Kenangan terakhir
dari sang ayah adalah sebuah lukisan yang diberi judul Hujan Daun-Daun.

Tanpa membicarakan dengan nenek dan kakeknya, Tania
sendirian mencari masa lalu yang berharap masih bisa diraihnya. Seorang gadis
yang nyatanya memiliki ikatan darah dengan Tania. Tanpa sepengetahuannya rasa
kecewa pun menjelma karena Nenek dan Kakenya tak pernah mengatakan kejujuran
tentang orang tua dan dirinya.

Karakter tokoh yang ditonjolkan dalam novel ini tidak
terlalu banyak. Tania, si tokoh utama yang lebih memilih menyelesaikan
masalahnya sendiri hanya karena sebuah rasa kecewa. Stella, sahabat Tania ini
sangat pengertian dan perhatian. Nenek yang penyayang. Kakek yang tegas. Adrian,
lelaki yang baik hati dan tipe cowok yang menyenangkan saat diajak bicara. Meilia,
wanita yang baik dan bertanggungjawab. Gadis kecil bergaun biru yang bijaksana.
Aku lebih suka dengan karakter Stella, dia tipe sahabat idaman.

Cerita di novel ini dibawakan dengan alur maju –
mundur.

Untuk
endingnya
biasa saja dan memang di
luar ekspektasiku.

Pesan
dalam novel ini yaitu saat kita menghadapi masa lalu yang dirahasiakan dari kehidupan
kita cobaah untuk tegar dan berfikir bijak karena masa lalu ada bukan untuk
menghancurkan masa sekarang.

Seandainya
aku bertemu dengan para penulis novel ini, aku ingin mereka membuat squelnya
untuk kisah Tiara dan
Adrian. Kakak-kakak
penulis kisah Tiara dan Adrian-nya kurang greget.

Overall, aku sangat menikmatinya. walaupun ditulis oleh tiga orang tak terasa perbedaannya.

4*
Of 5* untuk Hujan Daun Daun

________________ Reading Challenge ________________

Diikutsertakan dalam Reading Challenge Monday Flash Fiction Oktober
&

Indonesia Romance Reading Challenge 2016

Tinggalkan komentar