[Novel – Review] BOTCHAN

Hallo, saatnya review novel

Review kali ini sebuah novel klasik karya Natsume Kinnosuke
atau yang lebih popular dengan sebutan Soseki, salah satu penulis terbesar
dalam sejarah kesusatraan Jepang.

__________ SINOPSIS _________
Seperti cerita The Advenuters of Huckleberry Finn,
BOTCHAN mengisahkaan pemberontakan seorang guru muda terhadap ”sistem”
disebuah sekolah desa. Sifat Botchan yang selalu terus terang dan tidak mau
berpura pura sering kali ia mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan
orang-orang disekitarnya. Cerita yang dituturkan secara harmonis ini sangat
populer dikalangan tua dan muda di Jepang, dan barangkali merupakan novel
klasik yang paling banyak dibaca di Jepang moderen. 





Judul : Botchan
Penulis : Natsume Soseki
Penerjemah : Indah Santi Pratidina
Cetakan ke : 5
Halaman : 224 hal
Isbn :  978-979-22-8749-3
Penrbit : Gramedia Pustaka













__________ BOTCHAN  __________


Apa kalian tau arti Botchan yang sebenarnya? 
Sesungguhnya Botchan sendiri tidak dapat diterjemahkan secara harfiah. Namun
pada dasarnya Botchan merupakan panggilan sopan untuk anak laki-laki, terutama
ketika mereka masih anak-anak dari keluarga terpandang. Sapaan tersebut sama
dengan ”tuan muda” dapat juga
diartikan sebagai seseorang yang agak manja dan menuruti kemauannya sendiri
karena latar belakangnya. Namun tahukah kalian maksud Botchan pada novel ini
adalah penulis ingin menyampaikan perasaan kasih sayang dan kesetiaan Kiyo si pelayan
tua kepada tokoh utama Botchan.

Botchan adalah anak yang ceroboh dan mudah dihasut.
Seperti ketika dia SD loncat dari gedung lantai dua karena temannya mengatai
dia pengecut tidak berani lompat. Tanpa pikir panjang dia langsung loncat. Selanjutnya,
kisah yang satu ini lebih mengerikan suatu hari dia diberi pisau buatan luar
negeri oleh kerabat keluarganya, lalu memamerkannya pada teman-temannya.


“Mengkilat si, memang,  tapi pasti
tidak.tajam.” hal-12.  Sebagai
pembuktian dia pun membeset ibu jari kanannya. Dan kekonyolan lainnya yang
membahayakan nyawanya. 

Sifat cerobohnya itu, tidak mendapat perhatian lebih dari
kedua orang tuanya. Dia dibiarkan seperti itu, begitupun dengan kakanya yang
tidak peduli dengannya. Hanya Kiyo yang menyayanginya dan menganggap Botchan
adalah anak baik. Walau berulang kali dia menimbulkan masalah yang membuat
kedua orang tuanya pusing.  

Hingga kedua orang tuanya sendiri berucap bahwa Botchan
hanyalah anak berandal yang tidak akan jadi apa pun. Tentu saja Botchan menyadari hal itu
karena dia memang tidak pernah jadi apa-apa. Hingga ibunya meninggal, lalu
disusul oleh ayahnya. Kakaknya yang tidak ingin hidup bersama Botchan menjual
rumah mereka. Botchan tinggal sendiri, kiyo tidak bisa menemani Botchan karena
dia tidak punya uang, lalu tinggal di rumah keponakannya. 

” anak.itu tidak akan pernah jadi apapun.”
Hal-14

Dengan uang 600 sen pemberian kakaknya sebagai ucapan
perpisahan. Botchan yang tidak mungkin membuka usaha, dengan kecerobohannya dia
melakukan kesalahan dengan masuk ke Sekolah Ilmu Alam Tokyo. Walau seperti itu
dia adalah orang yang bertanggung jawab dengan keputusannya. 

Selama tiga tahun dia dapat menyelesaikan sekolahnya. Dengan perjuangannya
selama itu dia selalu berada diurutan bawah dikelasnya. Botchan sebenarnya
curiga kenapa dia bisa lulus, tapi dia tak berani menanyakannya. Hingga di hari
kelulusan kepala sekolah menawarkan pekerjaan menjadi guru matematika di
Shikoku dengan gaji 4 yen. Lagi. Kecerobohan alamiahnya membuat dia menrima
tawaran itu dengan penyeselannya sendiri. Bahkan selama ini dia tak pernah
berpikir untuk menjadi seorang pengajar. Sekali lagi dengan sifat buruknya, dia
adalah orang yang bertanggung jawab dengan keputusannya. 

Di desa Shikoku dia mencoba peruntungannya. Namun apa
daya pertama kali menginjakkan kaki di desa tersebut dia tidak menyukainya.
Semua guru disekolahan dia juluki satu persatu. Kepala Sekolah Tanuki yang
selalu berputar-putar ketika berbicara, Kepala Guru seorang sarjana sastra yang
suaranya agak feminim dan selalu memakai kemeja flanel merah, dia menjulukinya
si kemeja merah. Guru Bahasa Inggris Koga yang memiliki rona wajah pucat yang
menghawatirkan, mendapat julukan Si Labu. Guru Matematika lain Hotta dia
menjulukinya si landak. Guru Kanji yang bersikap formal. Guru Seni Yoshikawa yang
mendapat julukan si badut. 

Kesialannya adalah dia dibully oleh muridnya sendiri.
Tidak tanggung-tanggung ketika bertugas malam para siswa menempatkan belalang
di futonnya (Kasur) membust Botchan geram. Dia dulu juga anak nakal tapi dia
tidak pernah mengerjai gurunya. Sayangnya
sistem di sekolah tersebut aneh, kenakalan anak-anak yang sudah tidak bisa
ditolerin itu dipandang biasa saja oleh Kepala Sekolah Dan Kepala Guru Si
Kemeja Merah. Dan memaafkn perbuatan anak-anak tersebut. Semua guru setuju,
kecuali Hotta, dia berpikir dengan bijak bahwa anak-anak tersebut harus
mendapat hukuman agar jera. Disini Botchan merasa mendapat keadilan, walau dia
sempat marah karena hasutan dari Si Kemeja Merah. 

“Hanya karrna seseorang pandai beragumen, tidak
berarti orang itu baik. Sama halnya seseorang yang dikalhakan dalam argumen adalah
orang jahat.” Hal – 155 

Semua masalah yang timbul adalah karena ulah Si Kemeja
Marah Sang Sarjana Sastra yang pandai bersilat lidah. Dibandingkan Botchan,
walau dia ingin berbicara banyak tapi dia tidak pandai beragumen kata-katanya
akan berhenti dan tentunya akan kalah. Pertama yang menyebarkan soal udon,
tempura, handuk merah, lalu Koga yang pindah tugas karena sebelah pihak agar Si
Kemeja Nerah bisa dengan leluasa mendekati tunangan Koga, yang mendapat julukan
Madona gadis cantik di desa itu, yang terburuk adalah ketika mereka
mererai.perkelahian murid asuhnya dengan murid SMK, sedangkan di koran tersebar
bahwa Botchan dan  Hotta lah yang menghasut anak-anak berkelahi.

Setelah kejadian itu hanya Hotta yang diberhentikan.
Botchan yang tidak terima berbicara kepada Kepala Sekolah soal pengunduran
dirinya. Kepala sekolah menahannya karena sekolah itu akan kekurangan pengajar.
Namun Botchan tetap pada keputusannya, sebelum Hotta dan Botchan pergi mereka
memberi pelajeran kepada Si Kemrja Merah, manusia pengecut. Bagi keduanya untuk
menjunjung tinggi keadilan adalah dengan sebuah tinjuan. Seseorang dengan latar
pendidikan sastra tentu memiliki kosakata yang baik dalam beragumen, sedangkan
Botchan adalah orang yang blakblakan dan tidak pandai bicara, dan Hotta tidak
memiliki banyak kosakata. Hotta dan Botchan menghajar kedua makhluk tersebut
hingga tak berkutik. Setelah merasa puas Mereka kembali ketempat asalnya.

“Aku tidak akan pernah pergi kepedasaan lagi 
aku akan membeuat rumah di Tokyo dan hidup bersama mu.” Hal-217

Botchan membeli rumah
di Tokyo dan mengajak Kiyo tinggal bersama. Namun itu tidak bertahan lama
karena Si Pelayan Tua meninggal akibat sakit paru-parunya.
“Botchan saat aku mati, aku mohon kuburkanlah aku di
kuil keluargamu. Sehingga aku bisa menunggu bahagia sampai kau datang ” hal
217 
Novel ini ditulis dari sudut pandang tokoh utama novel
yaitu Botchan. Membaca novel ini seperti sedang membaca buku diary, lebih dari
itu Botchan seolah ada dihadapanku dan menceritakan kisahnya. Alurnya mengalir
dan ringan. Hal menarik lainnya dari kisah ini adalah menuangkan kasih sayang Kiyo
Si Pelayan Tua terhadap Botchan begitu romantis. Mereka terlihat seperti
sepasang kekasih. 

Sifat Botchsn yang ceroboh dan blak-blakan serta mudah
dihasut bagiku dia hanyalah terlalu polos. Sifat seperti itu memang bisa
membawa lebih pada keburukan. Walau begitu, aku suka rasa percaya diri,
bertanggung jawab dan menegakan keadilan yang ada pada dirinya. Dia juga orang
yang tidak suka membuat kerugian pada orang lain serta tahu aturan dalam
bersosialisai.

Sebagai penutup ada sedikit wejangan nih “Dalam hidup
kita jangan mudah terhasut karena mata kita terkadang tertutup tidak bisa
membedakan mana orang-orang yang baik dan mana orang-orang yang memiliki niat
buruk.”

Tinggalkan komentar