Novel Review Perfect Purple by Indah Hanaco

Blurb___

Gadis keras kepala ini bernama Milly. Dia menyukai
ungu, dan tahu apa yang dia inginkan. Masuk jurusan pilihan ibunya bukanlah
keinginannya. Sementara itu berkampanye menyelamatkan paus minke adalah
keinginannya.
Apa pun resikonya.

Milly lantas mengarungi kapal berwarna ungu, berlayar
menuju kutub selatan yang tampak keunguan dari kejauhan. Dia akan berupaya
menyelamatkan paus dari perburuan. Mengenal orang-orang yang mendedikasikan
nyawanya demi lingkungan. Dan, membenci mereka yang mengeruk sumber daya alam
demi uang.

Namun, meskipun keras kepala sebetulnya keinginan
Milly terus berubah. Mungkin suatu hari dia akan berhenti, dan kembali menjadi
gadis biasa dari Pematangsiantar. Namun, Milly bertemu laki-laki yang mengubah
hidupnya di atas kapal. Mengajarkannya deburan menyenangkan selain ombak dan
keindahan warna ungu. Yaitu…


Judul : Perfect PurpleAuthor : Indah HanacoPenerbit : Pastel BooksHalaman : 196 hlmCetakan : pertama, Januari 2016ISBN : 978-602-7870-64-2

Review___

“… Saya sangat serius dengan masalah ini. Saya ingin
melakukan sesuatu yang berguna.” Hlm. 44

Awalnya aku kira Perfect Purple kisah romantis seperti
yang biasa mba Indah Hanaco tulis (Baru baca dua novelnya juga. Eh, tiga sama
yang ini). Ternyata, diluar dugaan. Perfect Purple mengisahkan aktifis
lingkungan SNFS (Sea Not For Sale). Jantungku langsung meloncat-loncat riang
selain backgroundku juga seorang aktifis lingkungan, aku sangat, sangat penasaran
dengan aktifis lingkungan satu ini. Tapi, tetap tak lepas dari kisah romancenya
dong.

SNFS sebuah organisasi yang tidak tanggung-tanggung
dalam menyelamatkan hewan-hewan laut dari para pemburu. Taruhannya, nyawa
mereka sendiri. Karena mereka harus terombang-ambing dilautan. Belum serangan
dari para pemburu yang melawan SNFS saat mereka dihentikan. Sudah tak aneh jika
ada crew SNFS yang terluka. Tapi mereka tetap menjalankan apa yang mereka
perjuangkan untuk melindungi para biota laut. Tentunya tidak mudah masuk
keorganisasi tersebut, jika nyali kita setengah-setengah.

The Sea Not For sale is a nonprofit marine
conservation organization
. SNFS based in London, United Kingdom. Kami tidak
hanya melindungi paus, melainkan juga hewan laut lainnya yang terancam punah. Contohnya,
penyu, anjing laut, lumba-lumba dan banyak lagi. Intinya, SNFS berjuang
mencegah terjadinya kerusakan di laut.” Hlm. 28


Saat Neal O’Mara datang ke Pematangsiantar, sumatera untuk
melakukan kampanye mengenai SNFS di sekolah Milly. Gadis itu begitu
bersemangat, karena kedatangan bule ke sekolahnya menarik minat siswa-siswi di
sekolahnya. Milly begitu antusias dengan kedatangan Neal. Apalagi saat Neal
menyatakan akan merekrut beberapa siswa untuk bergabung dengan SNFS. Ada kebahagiaan
yang kini menyelimuti hatinya untuk menghindari keputusan ibunya kuliah
dibidang yang tidak Milly sukai. Awalnya Milly dan teman sekelasnya bersitegang
dengan Neal karena perekrutan tersebut hanya untuk kampanye di Indonesia
seperti menyebarkan brosur. Anak muda seperti mereka menyukai tantangan dan
ingin terjun langsung dengan SNFS di lautan. Milly berhasil menaklukan Neal,
lalu menyetujui ambisi mereka.

Setelah tes perekrutan, Milly dinyatakan tidak lulus.
Milly sangat kecewa dengan keputusan Neal. Diapun langsung protes. Keputusan
Neal bukan karena hasil tes Milly buruk, melainkan karena dia seorang perempuan
yang tidak mudah mendapatkan restu orang tuanya. Milly, tetap kekeh dan dia pun
meminta gurunya, Pak Bastian beserta Neal menemui orang tuanya langsung. Milly
berbohong kalau orang tuanya sudah menyetujinya. Mamahnya masih belum
mengijinkan anaknya itu. Namun, dengan segudang alasan, sekarang Milly tengah
terombang ambing di tengah lautan bersama kru SNFS lainnya yang tengah
berkampanye menuju kutub selatan.

Milly, menyesali keputusannya. Dia tidak pernah
membayangkan bahwa kampanye ala SNFS itu sangat mengerikan. Melawan badai yang
tak kunjung berhenti, bahkan membuatnya muntah berkali-kali. Salah satu kru
yang terluka karena terkena hantaman, wanita menyebalkan yang selalu menempel
di samping Neal. Tidak akan ada satupun wanita yang tak lepas dari omelan atau
tatapan mengerikan Deborah jika dekat-dekat dengan Neal, sekalipun wanita itu
sudah berusia 60 tahun. Kesialan lainnya, dia malah harus bergulat di dapur
membantu Rachel. Dan yang terjadi Milly pernah membakar dpaur (tidak sengaja
si) dan menumpahkan sup yang membuat para anggota SNFS tidak makan. Hal,
mengerikan lainnya tugas mendadak dari pemerintahan Australia untuk menemukan
kapal Persephone yang hilang. Milly semakin ketakutan, bagaimana jika Sinead
Purple tak mampu melawan badai? Tapi untungnya Brooke, anggota SNFS yang paling
dekat dengan Milly menenangkan hati gadis muda itu. Sinead Purple, kapal warna
ungu milik SNFS itu tidak akan mudah rusak hanya karena terjangan badai. Warna
ungu adalah favorite Milly.

Kampanye SNFS kali ini untuk menghentikan kapal
Chiharu milik Jepang memburu para paus. Saat Sinead Purple menemukan kapal
Chiharu 2 yang berhasil membunuh paus minke. SNFS langsung bergerak menyerang Chiharu
2. Sayangnya misi itu justru gagal dan ada kru yang terluka, termasuk Neal. Saat
itulah Milly semakin sadar bahwa SNFS mempertaruhkan nyawa juga. Dia menyesal
telah mengambil keputusan yang gegabah dan memanfaatkan SNFS sebagai pelarian. Sedangkan
anggota lainnya bersungguh-sungguh dengan SNFS. Terlebih saat Milly melihat
video yang berhasil diambil saat pembunuhan paus minke, membuat air matanya
berjatuhan.

Milly akhirnya dapat berbincang dengan santai dengan
Neal. Selama Milly tidak banyak berbicara dengan Neal karena dimatanya Neal
tidak ramah, ditambah Deborah yang bisa menerkam kapan saja. Neal ternyata
tidak sesuai dengan pikiran negatifnya, sayangnya Milly harus mengaku alasan
sesungguhnya dia memilih SNFS disbanding kuliahnya. Neal memang sudah tahu dan
tak mempermasalahkannya. Perlahan Neal dan Milly semakin terbuka termasuk fobia
masing-masing. Milly mulai memantapkan hatinya terhadap SNFS.

“… Kini aku yakin, kalau aku sangat tertarik untuk
ikut melindungi paus. Ikut melindungi lautan. Bukan karena alasan tertentu…”



Kekacauan lain harus dihadapi Sinead Purple, terjadi
kebocoran di tangki bahan bakar dan ada yang terluka. Deborah membuat kekacauan
dengan Neal, yang membuat lelaki itu semakin geram dengan Dbeorah. Milly pun
kenda damprat Deborah yang memergokinya tnegah mengobrol berdua dengan Neal. Saat
itu, SNFS harus menerima kabar buruk karena Chiharu 2 berhasil lagi membunuh
paus. Perburuan mereka belum berakhir, SNFS harus berjuang sampai kapal milik
Jepang itu mundur.

Overall,  aku
sangat jatuh cinta, semuanya. Karakter Milly yang diciptakan sesuai dengan
usianya yang ceroboh dan berfikir sepihak. Tapi aku suka dengan kegigihannya,
dia tidak pantang menyerah, walau keputusasaan yang menyadarkannya. Neal yang
memiliki mata sebiru es membuatku merasa dejavu dengan Alistair di novel You Had Me at Hello. Mba Indah sepertinya suka dengan lelaki bermata biru es. Untung
saja matanya tidak ungu seperti warna kesukaan Milly. Dan karakter Deborah
berhasil membuatku kesal. Tingkahnya sangat kekanak-kanakan. Aku suka dengan
Brooke yang selalu menenangkan kegundahan Milly.

Novel Perfect Purple lebih pendek dibanding novel mba
Indah Hanaco yang biasanya tebal-tebal. Mungkin itulah penyebab chemistry Milly dan Neal kurang kuat. Pemilihan konflik saat Neal memarahi Milly yang membuat Milly sakit hati sedikit memaksakan. Karenanya aku ingin ada kelanjutan dari novel ini. Di saat novel ini berakhir, aku sangat
sedih. Padahal aku ingin menyaksikan perjuangan SNFS yang menggebu dan
mendebarkan. Serta kisah Milly dan Neal yang sangat singkat.

Pesan Pak Bastian yang satu ini, jleb banget di
jantungku :
“Ini semacam hadiah perpisahan dari Bapak untuk kalian. Karena
bapak sangat berharap, kalian tumbuh menjadi orang yang peduli lingkungan.
Tidak peduli apa pun profesi kalian nantinya.” Hlm. 23

4.5* untuk Perfect Purple 


Tinggalkan komentar