[Resensi] Love In Paris – Tragis atau Romantis by Silvarani

Blurb________

Paris… tragis atau romantis?

Ternyata, Paris tak hanya romantis, tetapi juga
tragis. Lihat saja sejarah revolusi. Raja Louis XVI dan istrinya Marie
Antoinette, dihukum mati di kota ini.
Bersamamu, kira-kira Paris akan menampakkan wajah yang
mana?
Tragis…. atau romantis?

Sheila begitu bahagia bisa ke Paris untuk melanjutkan
kuliah di Pantheon-Sorbonne. Yang memberatinya hanya satu: Sony pacarnya tak
mau LDR Jakarta-Paris. Berangkat dengan hati patah, Sheila mencoba meyakini
Paris akan menghadiahkan hidup dan cinta baru.

Lalu muncullah Leon, sahabat kakanya semasa SD.
Laki-laki blasteran Prancis-Indonesia itu berprofesi sebagai fotografer.
Bayangan Leon yang dulu mengimami Sheila saat shalat seketika pupus, berganti
sosok “asing” yang menjalani gaya hidup khas kota besar. Walau agak kecewa, tak
bisa dimungkiri Leon berhasil membuat Sheila terpesoa. Pun sebaliknya.
Pencarian iman mendekatkan mereka berdua, tapi juga mengombang-ambing hati
keduanya.

Di bawah langit Paris, haruskah Sheila kehilangan
cinta lagi? Mampukah gadis ini bersabar menunjukan jalan lurus-Nya kepada Leon?

Judul : Love In Paris
Author : Silvarani
Penerbit : Gramedia Pustaka
Halaman : 210 hlm
Tahun : 2016
ISBN : 978-602-03-2661-0

Review________

Ini pertama kalinya aku baca novel karya Silvarani.
Series “Around the World with Love” ini mengisahkan cerita romantis atau tragis
di Paris. Novel lainnya Love In Edinburgh by Indah Hanaco, Love in Marrakech byIrene Dyah dan Love in Adelaide by Arumi E. Love in Paris gak kalah kerennya
dengan ketiga novel lainnya loh.

Kuliah di Paris sudah menjadi impian Sheila sejak
dulu. Selama ini yang Sheila ketahui Paris yang terkenal kota romantis adalah
kota tragis. Selain cerita revolusi Paris tentang Raja Louis XVI dan istrinya
Marie Antoinette, orang-orang di sekitarnya hanya mengalami kisah tragis di
Paris. Bahkan Sheila sendiri belum juga dirinya menginjakan kakinya di Paris
kisah cintanya sudah kandas terlebih dahulu. Sony, tidak mau menjalani hubungan
jarak jauh dan keinginan Sheila untuk nikah muda setelah lulus kuliah juga
tidak mendapatkan respon baik dari Sony. Sony memiliki mimpinya sendiri,
begitupun dengan Sheila. Akhirnya hubungan mereka berakhir. Sedih dan kecewa
menyergap diri Sheila.

“Cinta tak mengenal perbedaan. Meski dunia kita
berbeda sekalipun. Saya masih mencintainya. Jika rindu padanya, saya
mendoakannya dan mengirimkan salam dari hati.” Hlm. 195


Kuliah di Paris pun sebagai ajang hidup mandiri.
Selama ini Sheila hanyalah anak manja yang selalu dipenuhi kasih sayang dari
keluarga dan sahabat-sahabatnya. Terkadang sifat manjanya muncul begitu saja.
Wajar saja menurutku karena mengubah sesuatu yang menjadi kebiasaan tidaklah
mudah. Ayah Sheila menitip pesan agar anak bungsunya tidak meninggalkan shalat.
Abel kakaknya menjadi sosok yang selalu mendukung dan paling memahami adiknya.
Karena Abel jugalah Sheila bertemu dengan teman semasa SD-nya, Leon. Lelaki
yang ternyata cinta pertama Sheila dan pernah mengimami Sheila. Cinta pertama
itu memang tak mudah dilupain si.

“Inget, Sheil, orang salah itu bukan orang yang
melakukan kesalahan, tapi orang yang sudah tahu itu salah, tapi masih juga
dilakukan…. ” hlm. 181



Sosok Leon berubah menjadi lelaki tampan. Ada yang
berubah dengan penampilannya kecuali warna bola matanya yang masih sama dan
yang disayangkan kehidupan di Paris merubah keimanannya. Leon sudah tak lagi
menjalankan shalat. Dan kehadiran wanita bernama Ann juga membuat Sheila sering
terbakar api cemburu. Leon dan Ann memiliki hubungan yang lebih dari sekedar
sang fotografer dan modelnya. Tapi Leon selalu bersikap manis dan perhatian
pada Sheila. Bahkan megajak Sheila ke rumah Ibunya. Di saat itulah Leon
terpanggil untuk mengokohkan imannya lagi. Namun, seperti menghilangkan sifat
manja Sheila, perubahan Leon yang mulai rajin shalat dan belajar ngaji masih
saja tidak lepas dari pergaulan bebasnya selama ini. Semuanya butuh proses kan?
Tapi Sheila ingin usahanya membatu Leon tidaklah sia-sia. Akhirnya keduanya berakhir
dengan pertengkaran karena ketidaksepahaman pendapat. Sheila yang biasanya di temani
Leon mengenal Paris, kini dia hanya sendirian. Perasaannya pada Leon tak dapat
diperjuangkan. Sheila bukan hanya mencari sosok kekasih melainkan imam untuk
masa depannya.

______________________
*** ______________________

Alur
cerita
yang dibawakan dengan ringan dan santai ini tidak
sekedar berkisah tentang cinta-cintaan, melainkan sebuah kepercayaan juga
menjadi konflik dasar dalam novel ini. Aku suka dengan pendirian Sheila yang
berusaha meninggalkan sifat manjanya. Juga mencari sosok imam yang seagama.
Sosok, Abel sang kakak juga menarik perhatianku. Karakternya sebagai seorang
kakak dapet banget.

Setting
tempat, Paris digambarkan dengan detail. Jujur membuatku tergoda ingin pergi ke
sana. Seperti Louvre
dan Istana Versailles.

Louvre 
Sumber : http://www.tours4fun.com/

Istana Versailles 
Sumber gbr : zuraidahgirl.wordpress.com/


Namun, konflik ceritanya kurang greget.
Apalagi pemilihan ending ceritanya gak manis, malah terkesan aneh. Banyak hal
yang tidak diangkat seperti teman-temannya yang mengantar ke bandara tidak
dikisahkan lagi saat Sheila di Paris. Entah mereka berhubungan lewat sosial
media atau lainnya. Saat kepoin akun IG Sony, aku kira bakalan ada flashback kisah mereka. Sosok Ann terkesan
tempelan belaka sebagai penambah konflik. Aku juga tidak merasakan chemistry antara Sheila dan Leon. Percakapan
keduanya terasa kaku.

Nemu typo
juga loh.
Akhirnya, begitu dimakan, rasa minya hambar. Hlm. 33
Kata “minya”
seharusnya “minyak”

Padahal novel ini akan semakin menarik kalo digali
lebih dalam. Bagaimana hubungan antar tokoh saling melengkapi konflik cerita. Memadatkan
isi dengan konflik yang ada. Tapi, overall
aku menikmatinya. Banyak hal yang bisa diambil dari novel ini, seperti:

Perubahan itu butuh proses. Jangan menekan seseorang
untuk merubah segalanya dengan cepat. Dan terkadang kita harus keluar dari zona
nyaman kita, jika dulu hanyalah anak mamih, belajarlah hidup mandiri karena
tidak semua hal harus bergantung pada orangtua.

______________________
*** ______________________


3* untuk Love In Paris

 “untuk membuat
dirinya cantik, cewek terkadang harus mengeluarkan banyak usaha dan waktu yang
panjang. Di situlah cowok hadir untuk membantunya.” Hlm. 62

______________________ IRRC 2016 ______________________ 
Diikutsertakan dalam Indonesia Romance Reading Challenge 2016

2 pemikiran pada “[Resensi] Love In Paris – Tragis atau Romantis by Silvarani”

Tinggalkan komentar