Sirkus Pohon – Sirkus Keliling Blasia by Andrea Hirata

Judul : Sirkus Pohon
Author : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang 
Halaman : xiv + 410 hlm 
Cetakan : Pertama, Agustus 2017 
ISBN : 978-602-291-409-9

Review ___________

“Fiksi, cara terbaik menceritakan fakta.” Andrea
Hirata


Kutipan di atas mengawali novel Sirkus Pohon ini.
Semenjak Laskar Pelangi meledak, karya Andrea Hirata memang memukau. Ceritanya
sederhana, namun sarat akan makna. Termasuk dalam novel ini.
Sirkus pohon ini memiliki cover yang ciamik. Cantik,
Ojeh. Terkesan seperti novel fantasy, namun tidak. Melainkan berkisah tentang
kehidupan seorang pemuda yang lugu, namun memiliki semangat kerja yang tinggi
walau harus serabutan, Sobrinudin yang lebih terkenal dipanggil Hob. Cintanya
pada Dinda membuatnya lebih semangat untuk pekerjaan tetap. Diterimalah dia di
sebuah sirkus keliling milik orang tua Tara.

Ah, aku bangga pada Hob. Walau dia tamatan SD, tapi
memiliki keinginan yang besar. Semangatnya ini mengingatkanku pada salah satu
karyawan di kantor yang bekerja sebagai OB. Seperti Hob, dia rajin bekerja.

Ayah Hob juga mendukung pekerjaan barunya, walau menjadi
seorang badut.
Hob ini punya ”Bangun pagi, lets go!”

Kata di atas yang paling aku rindukan. Karena sirkus
keliling tak bisa beroperasi lagi. Yang mengubah kehidupan Tara dan ibunya.

Kemauan adalah segala-galanya dalam hidup ini. Tanpa
kemauan, orang tak dapat terkejut, tak dapat curiga, tak dapat iri, tak dapat
cemburu, tak dapat gembira, mellow, dan golput. Hlm. 9


Kisah dua anak manusia yang pertemuan tak sengajanya
menyimpan kenangan dan harapan selama bertahun-tahun, dalam sebuah pencarian
yang penuh harap namun sekaligus mematahkan, Tara dan Tegar.

Kisah Tara dan Tegar yang paling menegangkan. Saat
keduanya saling mencari, Tara dengan lukisannya. Tegar dengan bau vanilinya.
Takdir tak jua menyatu, padahal mereka ada di tempat dan waktu yang sama.
Bahkan hingga novel ini menjelang klimaks. Yah, kalau takdir sudah berkata
tidak, tinggalkan mengikhlaskan bukan? Tara dan Tegar pun mencoba melakukannya.
Karena ada masa depan yang menanti. Namun, jangan menyesali dengan apa yang
telah dibuat. Apalagi bertahun-tahun lamanya. Karena, mungkin kisah itu belum
berakhir.

“Orang-orang yang berkata tentang diri mereka
sendiri, melebih-lebihkan, orang-orang yang berkata tentang orang lain,
mengurang-ngurangi.” Hlm. 51


Kisah menarik berbau politik penuh intrik dan mistis
adalah pohon delima dipekarangan rumah Hob. Pohon delima yang mendadak jadi
terkenal karena bisa mendatangkan keuntungan.   Sudah tak aneh, tapi
jangan musrik. Jika kita memiliki agama, percayakan semuanya pada Tuhan. Namun,
masih ada yang mengganjal si dengan si pohon delima ini. Entah kenapa aku
merasa pohonnya memang mistis – ketularan Roy Kiyoshi *plakk.

Karakter lainnya seperti Azizah, Instalatur, Taripol,
sahabat Hob yang ternyata seorang mavia. Namun, 2 tahun dibalik jeruji
membuatnya menjadi manusia lebih baik. Yes, selalu ada kesempatan untuk
memperbaiki diri.

Untuk alurnya diawal aku merasa bingung. Ada apa hubungan
satu tokoh dengan tokoh lainnya. Apalagi diceritakan dari sudut pandang Hob.
Karenanya, kosongkan kepala sebelum membaca novel ini. Ojeh.

Overall, ini buku terbaik yang aku baca di tahun 2018
ini. Banyak pelajaran tentang hidup yang dapat diambil dari buku ini, untuk terus
berjuang dan menjalankan dengan riang hati apapun pekerjaan kita. Bahwa orang
terdekat kita bisa menikam dari belakang. Bahwa, uang dan popularitas belum
tentu dapat membeli suara rakyat. Ada banyak kemungkinan di dunia ini.

5* of  5*

Tinggalkan komentar