[Wawancara] With Nadia Silvarani – Cerita Seru di Baik Layar Pembuatan Novel Love in Kyoto

Ohayou… minna…..

Sudah pada tahu dong sama salah satu penulis yang karyanya sudah
banyak banget. Hayo, siapa coba? Itu loh Nadia Silvarani yang merilis novel
terbarunya untuk serial Araound The
World With Love 3
. Sudah pada tahu kan dengan judul novelnya? Yupz… betul
sekali. Love in Kyoto.
Ada yang sudah punya novelnya? Yukk..ah.. ke toko buku. Ceritanya seru
loh. Apalagi ngambil setting tempat di Kyoto. I like it. Jujur, aku gak nyangka
loh Mba Silva bakalan ngangkat kisah yang berbau Jejepangan, karena di dua seri
sebelumnya ngambil setting di Eropa
seperti Paris dan London.
Penasaran, serunya pembuatan novel Love in Kyoto ini? Yukkk… simak
wawancaranya di bawah.



Untuk ATWWL 3 ini kenapa memilih Kyoto sebagai setting tempatnya?
Alasan
pribadinya sebenarnya karena saya ingin mengangkat cerita dengan setting di Asia. Setelah dua novel
Around The World With Love sebelumnya ber-setting
di benua Eropa (Love In Paris dan Love In London), saya terpikirkan untuk
menulis cerita dengan latar tempat di kota yang ada di Asia.
Terpilih
Kyoto karena selain saya suka budaya Jepang, saya melihat Kyoto adalah kota
yang begitu kental budaya tradisionalnya. Sampai suatu saat, saya mendengar
cerita tentang zaman penjajahan Jepang dari eyang saya. Dari situ, imajinasi
saya “terbang-terbang” dan terwujudlah sebuah karya “Love in
Kyoto”.
Apakah
sebelumnya sudah pernah menulis novel yang ada unsur-unsur Jepang-nya?
Belum.
Dulu waktu SD saja pernah menulis fanfiction dari anime Rurouni Kenshin (Yaaah…
lupakan ocehan saya 😄).
Wah…aku
baru tahu kalo Mba Silva sudah nulis fiksi dari SD. Suge. Kok, jadi envy yah..
Kenapa
memilih desainer sebagai profesi Veli?
Saya
mencoba mencari profesi yang bisa menjadi jembatan antara budaya Indonesia dan
Jepang. Tiba-tiba saya terpikir kimono. Jadi, terbentuklah profesi Veli si
tokoh utama sebagai desainer.



Memang desainer bukan satu-satunya profesi yang bisa menjadi
jembatan budaya kedua negara ini, bisa dibuat penari, musisi, bahkan koki. Akan
tetapi, entah yang terbesit di pikiran saya adalah kimono dan kain tradisional
nusantara. Apalagi, pakaian tradisional Jepang ini anggun dan sopan (karena
biasanya tertutup).
Betul
sekali, apalagi untuk kimono itu ada tujuh lapis dan yang sering di pakai saat
musim panas yukata. Dibandingkan kimono, yukata lebih populer di Indonesia.
Dari
novel Mba Nadia yang aku baca pasti ada unsur-unsur islamnya. Seperti di Love
in London, Bintang menjadi lelaki yang religius. Di sini pun surat Al-Zalzalah
telah membuat seorang samurai menjadi mualaf. Kenapa Mba memilih surat
Al-Zalzalah di Love in Kyoto?




Yap! Mengenai unsur islam, saya mencoba menyesuaikan dengan
visi dan misi novel serial Around The World With Love yang mengedepankan unsur
cinta dan iman dalam alunan cerita. Akan tetapi, saya benar-benar berusaha agar
tidak terkesan menggurui. Apalagi mengingat bahwa saya sebagai yang menulis
juga sekalian banyak belajar.
Untuk
Love in Kyoto, sebenarnya banyak pilihan ayat Al-quran yang saya timang-timang
sebelumnya untuk diangkat ke novel ini. Namun, saya memang fokus hanya mencari
satu atau dua ayat yang paling sesuai dengan jalan cerita.
Jadi,
saya balik lagi ke salah satu tokoh di novel ini, yaitu seorang samurai tentara
Jepang (Hideyoshi Sanada) yang telah banyak membunuh orang (beberapa di antara
korbannya pasti orang Indonesia yang sedang dijajah negara Jepang pada waktu
itu). Hideyoshi berpikir bahwa Melati (gadis Jawa yang sedang dekat dengannya
dan keluarganya ada yang meninggal di tangan tentara Jepang) pasti senang
mendengar kabar bahwa Hiroshima dan Nagasaki dibom atom oleh sekutu. Keluarga
Hideyoshi yang tinggal di Hiroshima habis.

Nyatanya,
apa reaksi Melati? Dia tidak merasa senang atas kejadian yang melanda bangsa si
penjajah (Jepang). Reaksi ini jelas membingungkan Hideyoshi yang merasa Melati
harusnya senang karena dendamnya kepada tentara Jepang terwujud.

Di
sini, Melati menjawab. Menurutnya, balas dendam itu bukan tugas manusia. Karena
sudah menjadi ketetapan Allah di surat Al-Zalzalah ayat 7 dan 8 bahwa kebaikan
akan dibalas kebaikan dan kejahatan akan dibalas kejahatan. Bagi seorang
samurai yang banyak membunuh, penuh dendam dan berpikir Melati seharusnya juga
dendam pada dirinya yang seorang penjajah kejam, jawaban Melati dan surat
Al-Zalzalah itu bagaikan tamparan sekaligus siraman rohani buatnya.



Itulah alasan saya menjadikan surat Al-Zalzalah ayat 7 dan 8 sebagai ayat yang menarik Hideyoshi untuk menjadi muallaf. Islam cinta damai. Islam tidak “menugaskan” umatnya untuk membalas dendam atau senang dengan penderitaan musuh. Karena semua kebaikan dan kejahatan sudah diatur oleh-Nya dan atas seizing-Nya.

Setuju!
Balas dendam itu tidak baik.
Boleh
diceritain dong mba kesulitan membuat novel Love in Kyoto? Apakah ada
kisah-kisah menarik dibalik pembuatan novel ini?

Mungkin
ini agak konyol, tapi beneran terjadi. Proses penulisan Love in Kyoto lebih
lama daripada Love in Paris atau Love in London. Kalau biasanya penulis lancar
menulis karena sudah pernah ke kota yang menjadi latar cerita, kalau saya
sebaliknya. Saya belum pernah ke Paris dan London. Jadi, waktu banyak
dituangkan untuk bertanya kepada teman yang pernah kesana atau riset-riset
sendiri di internet.

Saya
pernah liburan ke Jepang. Salah satunya ke Kyoto. Jadinya riset memang tak
lama, tapi selama menulis malah jadi baper melihat-lihat video jalan-jalan saya
kemarin. Lalu, berhenti nulis dan malah lihat-lihat video. Malah kangen Jepang.
Buang-buang waktu kan? 😀.

Kisah
menarik lainnya, ada beberapa tokoh yang saya terinspirasi dari teman-teman
saya. Mereka
pun
bersedia kalau selama menulis kemarin, sosoknya wara-wiri di benak saya 😀.
Duh,
senengnya jadi tokoh inspirasi untuk novel Mba Silva. Mau dong mba, gak apa-apa
jadi tokoh pembantu juga. Hehe…
Demikianlah
wawancara dengan Nadia Silvarani. Gimana? Makin tertarik kan untuk adopsi novel
Love in Kyoto. Nantikan juga ya review-nya di blog ku.

Terima
kasih banyak untuk Mba Silva yang menyempatkan waktu sibuknya untuk diwawancarai.
Arigatou gozaimashita.

______________

Noted : Semoga Mba Nadia Silvarani suka dengan hasil karikatur foto di atas. Maaf ya Mba kalau hasil editan ku kurang bagus.

Tinggalkan komentar