menyelamatkan keduanya.
“Biar bagaimanapun, bagiku tak ada jalan selain menjalani
kehidupan ini. Tak bisa mengembalikan kehidupan yang ini dan minta ditukar yang
lain. Betapa pun aneh dan sintingnya, kehidupan ini sajalah yang tersedia
untukku sebagai tunggangan gen.” hlm. 412
pekerjaannya, dia melihat polisi dengan seragam berbeda yang biasa dipakai
polisi Jepang. Pun membawa pistol semi-otomatis keluaran terbaru yang bisa di
isi 9 mm peluru. Padahal polisi Jepang menggunakan revolver yang hanya berisi 6
peluru. Ternyata, memang sudah dua tahun berlalu seragam dan pistol polisi
Jepang diganti, dikarenakan adanya baku tembak besar-besaran di dekat Danau
Motosu antara Kepolisian Prefektur Yamanashi dan kelompok ekstremis pada pertengahan
November 1981. Anehnya, Aomame tidak tahu akan berita itu padahal dia tak
pernah lepas dari koran. Aomame merasakan keganjilan akan hidupnya. Bagaimana
bisa dia tidak tahu dengan apa yang terjadi dua tahun lalu di Jepang? Bahkan
resepsionis hotel pun mengetahui tragedi tersebut. Keganjilan semakin menjadi
saat Aomame melihat dua bulan menggantung di langit. Satu bulan besar berwarna kuning dan satu bulan kecil berwarna hijau. Sedangkan orang lain hanya
melihat satu bulan. Di dunia yang tidak dimengertinya ini, Aomame menyebut tahun 1Q84 yang sesungguhnya sekarang tahun 1984. Mengenai pekerjaannya Aomame mendapatkan misi yang sulit
karena sasaran kali ini adalah orang yang sangat kuat. Dan berhubungan dengan
pemimpin ekstremis di Jepang. Masalah besar sedang mendekati Aomame.
“Aku paling takut dengan diriku sendiri. Karena aku
kurang yakin dengan apa yang akan kulakukan, kurang yakin dengan apa yang
sedang kulakukan.” Hlm. 492
resiko besar dalam hidupnya. Komatsu, editor majalah sastra mengajak Tengo untuk
merombak sebuah novel sayembara yang berjudul Kepompong Udara karya Fuka Eri. Novel
tersebut menarik perhatian Tengo dan Komatsu, sayangnya karena banyak
kekurangan di sana – sini dan penggunaan tata bahasa yang tidak beraturan
membuat Kepompong Udara tidak dapat memenangkan sayembara. Kecuali ditulis
ulang. Namun, bukan oleh Fuka Eri, melainkan oleh Tengo. Akhirnya Komatsu
menghubungi Fuka Eri dan dia setuju dengan kesepakatan yang diajukan Komatsu. Saat
semuanya mulai berjalan sesuai rencana, hal yang tak diharapkan pun
menggoyahkan rencana tersebut. Baik, Komatsu, Tengo, Fuka Eri, maupun Profesor Ebisuno sebagai wali Fuka Eri tahu betul resiko
besar yang menghadang karena Fuka Eri adalah anak dari salah satu pemimpin ekstremis
di Yamanashi. Dan kemunculan Fuka Eri dihadapan publik sesungguhnya untuk
memancing keberadaan ayahnya yang tiba-tiba menghilang tak ada kabar. Walau motivasi
Komatsu sangatlah berbeda bukan demi uang atau ketenaran tapi sesuatu yang
besar untuk dunia sastra. Sedangkan Tengo, dia hanya tertarik pada Kepompong
Udara. yang memiliki cerita yang kuat.
“Di dunia ini, bisa dikatakan tak ada orang yang tak
tergantikan. Bagaimanapun tingginya pengetahuan atau kemampuan seseorang,
biasanya ada yang mampu menggantikannya di suatu tempat…” hlm. 133
kemanusiaan. Bahwa kekerasan terhadap kaum wanita sangatlah salah. Dan lelaki
yang berani melakukannya, sangat pantas untuk diberi hukuman berat. Namun, masih banyak makna lain yang ingin disampaikan oleh penulis.
Aomame dan Tengo
menjadi sentral tokoh dalam novel ini. Keduanya ternyata memilki takdir yang
saling berhubungan. Ada benang merah yang menghubungkan keduanya sejak mereka
kecil. Dibawakan dari sudut pandang orang ketiga, dengan setiap sub bab nya
bergantian antara Aomame dan Tengo.
membuatnya dikucilkan di sekolah. Hingga Aomame pergi dari rumah dan pekerjaan
sampingannya sangatlah berbahaya untuk dirinya. Ya, dengan kemampuan luar biasa
yang dimilikinya, Aomame mendapat tugas untuk menghukum para lelaki bejat yang
berbuat keji terhadap perempuan. Para korban Aomame akan dinyatakan meninggal
karena serangan jantung, sehingga tugasnya selama ini masih aman. Sedangkan
Tengo, adalah seornag guru les Matematika. Pekerjaan sampingannya adalah membuat
artikel untuk majalah dan sedang menyelesaikan novelnya. Tengo memang ingin
menjadi penulis, dan Komatsu lah yang selama ini mendukung Tengo untuk
karya-karyanya. Namun, Tengo memiliki suatu penyakit ilusi mengenai ibunya yang
terus menghantuinya.
banyak dibenci sastrawan karena kritikannya yang pedas. Jika dia tak suka
dengan satu karya maka dengan tegas dan terang-terangan dia akan mengatakan
karya itu jelek. Komatsu tipe orang pendiam, namun sekalinya bicara dia adalah
orang yang lugas.
baru berusia 17 tahun ini menderita disleksia. Dia memiliki imajinsi yang
istimewa terlihat bagaimana cerita yang disuguhkan dalam Kepompong Udara dimana
ceritanya pun terasa orisinal dan menular. Pun, putri Fukada Tamotsu. Fukada
dulunya adalah seorang aktifis dalam Revolusi Kebudayaan lalu menjadi pemimpin
Sakigake sebelum didaulat menjadi sekte keagamaan dan keberadaannya tidak diketahui.
Profesor Ebisuno, yang kehadirannya walau sedikit. Namun, dia juga yang memberi ijin mengenai perombakan Kepompong Udara demi mengetahui keberadaan sahabat lamanya yaitu ayah Fuka Eri.
menjadi teman dekat. Aomame tidak mengerti dia dapat berteman dengan seorang
polisi, karena jika mengingat pekerjaannya seharusnya membuat dia menjauhinya. Tapi,
Aomame tak merasa terancam dengan kehadiran Ayumi.
banyak bicara. Karakternya kuat dan terkesan misterius. Aku bisa merasakan
keistimewaan yang dimiliki Fuka Eri. Dan mengenai Kepompong Udara karya Fuka
Eri ini membuatku penasaran dengan isinya. Mengenai Orang Kecil yang berdasarkan Fuka Eri keberadaannya memang nyata. Serta dua
rembulan yang ada dalam karya tersebut. Dua rembulan yang juga dilihat nyata
oleh Aomame. Dengan kata lain akan ada keterkaitan Kepompng Udara terhadap
konflik dan alur cerita 1Q84 ini. Jawabannya mungkin akan ditemukan di seri
selanjutnya.
novel 500 halaman lebih, terjemahannya sangat apik, sehingga enak dibaca.
tidak sepantasnya diperlakukan mengerikan, apalagi sampai mendapatkan
kekerasan. Dan segala keputusan itu akan selalu ada resikonya.
“Ini masalah bagaimana menjalani hidup. Yang paling
penting adalah sikap untuk selalu melindungi diri dengan sungguh-sungguh. Kalau
pasrah saja saat diserang, kita takakan maju ke mana pun. Perasaan tak berdaya
yang sudah menjadi kebiasaan itu merusak dan menghancurkan orang.” Hlm. 220
pengenalan konflik. Untuk Jilid 2 nya tunggu saja reviewnya. Rekomen buat yang belum baca. Walau novel ini tebal, tidak akan bosan maupun lelah membaca karena novel ini sangat menarik dan membuat penasaran dengan apa yang akan menimpa Aomame dan Tengo, terutama tentang Orang Kecil.