Bulan – Mencari Bunga Matahari yang Pertama Mekar by Tere Liye

Blurb ___________

Namanya Seli, usianya 15
tahun, kelas sepuluh, dan dia salah satu teman baikku. Dia sama seperti remaja
yang lain. Menyukai hal yang sama, mendengarkan lagu-lagu yang sama, pergi ke
gerai fast food, menonton serial drama, film, dan hal-hal yang disukai
remaja. 

Tetapi ada sebuah rahasia
kecil Seli dan aku yang tidak pernah diketahui siapa pun. Sesuatu yang kami
simpan sendiri sejak kecil. Aku bisa menghilang dan Seli bisa mengeluarkan
petir. 

Dengan kekuatan itu, kami bertualang menuju
tempat-tempat yang menakjubkan. 

Buku kedua dari serial
”Bumi”

Judul : Bulan
Author : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka
Utama
Halaman : 400 hlm
Tahun : Cetakan ke lima
belas, Mei 2017

ISBN : 978-602-03-3294-9

Review ___________

“Musuh dari musuh kami adalah teman kami.” Hlm. 375


Jika Raib seorang putri Klan
Bulan. Seli adalah keturunan Klan Matahari. 

Setelah perjalanan yang tak mudah ke dunia
paralel. Kini Raib, Seli, dan Ali kembali melakukan perjalanan lintas dunia
paralel menuju Klan Matahari. Yang mengejutkan mereka mendarat di
tengah-tengah Festival Bunga Matahari. Dan disambut meriah oleh seluruh warga
Klan Matahari. 

Festival Bunga Matahari
adalah Festival yang sudah ada sejak ratusan tahun silam, di mana festival
tersebut diadakan untuk menemukan bunga Matahari yang pertama mekar.
Diikuti oleh 9 kontingen, di mana tahun ini Raib,
Seli, Ali dan Ily menjadi kandidat sebagai kontingen ke-10. Dalam kurun waktu 9
hari ke depan para peserta harus menemukan bunga Matahari. Sebagai pendatang yg
tidak tahu apa-apa soal festival tersebut Raib, dkk, mendapat kemudahan dalam
melakukan misi pertamanya yaitu ”seruling yang tak berkesudahan.”

Perjalanan di hari pertama
ternyata tidaklah mudah. Apalagi saat bertemu perempuan tua bernama
Hana-tara-tama yang menceritakan bagaimana mengerikannya pencarian bunga
Matahari yang pertama Mekar. Nyawa adalah taruhannya.

“Jika kamu akhirnya
menemukan bunga itu, berhati-hatilah, Nak. Boleh jadi, kebijakan terbaik adalah
membiarkannya tetap mekar hingga layu. Dengarkanlah alam liar bicara
kepadamu.” Hlm. 148 


Setelah bermalam di rumah
Hana, Raib, Seli, Ali dal Ily kembali melanjutkan perjalanan untuk menemukan
petunjuk pertama. Namun rintangan besar menghadang, mereka di serang oleh para
gorila, lalu bertemu segerombolan burung pipit yang menggemaskan namun
mematikan. Begitupun untuk menuju ke petunjuk selanjutnya perjalanan panjang itu
terkadang di selingi keputusasaan, padang rumput yang seolah tak ada ujungnya,
hamparan tanah merah yang semakin membuat keputusasaan menggelayut. Bertarung
dengan monster air yang mengerikan.

Banjir air bah yang membuat
mereka kehilangan Harimau kesayangan. 
Dan petunjuk selanjutnya lebih mengerikan
lagi. Dalam petualangan ini aku lebuh suka saat Raib, dkk, harus menjawab
tebak-tebakan untuk menyebrang danau.

“Ada sebuah lubang.
Ganjil sekali tabiatnya. Jika terbuka lebar-lebar, yang di dalam justru tidak
mau keluar, tapi jika terbuka sempit, yang di dalam keluar seperti terbang.
Apakah lubang itu?”


Petunjuk terakhir menuju
tempat mekarnya bunga Matahari. Sayangnya perjalanan yang panjang dan penuh
rintangan itu belum berakhir. Mereka juga mengetahui bahwa ada peserta
kontingen yang membuat curang. Terutama saat di padang jamur, di mana saat
jamur itu meledak asapnya akan membuat mata buta. Rintangan yang paling
mengerikan menurutku di padang jamur ini. 

Selanjutnya, harus melewati
gunung batu yang sama sekali tak bisa dilewati oleh harimau. Akhirnya mereka
mencoba untuk memutari gunung, namun tidak ada lorong untuk menembus gunung
itu. Sedangkan waktu semakin menipis. Mereka juga telah salah
memperhitungkan tepatnya lokasi Bunga Matahari pertama yang mekar. Ditambah
peperangan yang sesungguhnya baru dimulai.

Petualangan mereka di Klan
Matahari ini penuh dengan gejolak emosi, dari jiwa semangat yang tinggi, putus
asa, kembali bangkit untuk tetap melanjutkan perjalanan, saling mendukung dan
menjaga satu sama lain, adalah hal yang sangat aku sukai dalam cerita. Tidak,
secara keseluruhan aku memang puas banget.

Tokoh yang paling aku suka
adalah Ali, si biang kerok yang selalu membuat suasana riuh sekaligus jengah.
Pokonya aku padamu Ali.

Pesan penting dalam novel ini
adalah apa yang Ily katakana pada Raib, dkk.

“Aku lupa kompetisi ini
bukan soal menang atau kalah, tapi tentang kita, tim kita, yang saling
membantu, saling menolong, dan setia kawan.” Hlm. 313


4* of 5* untuk Bulan
#SeriesBumi

Tinggalkan komentar